Sabtu, 14 April 2012

Kesehatan Jiwa Pengaruhi Produktivitas Dan Kualitas SDM



Written by admin
(Bogor, MADINA): Proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi memberi dampak terhadap nilai-nilai sosial dan budaya masyarakat. Sementara tidak semua orang mempunyai kemampuan yang sama untuk menyesuaikan dengan berbagai perubahan tersebut. Akibatnya, gangguan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global. Sayangnya, banyak orang yang tidak menyadari jika mereka mungkin mengalami masalah kesehatan jiwa, karena masalah kesehatan jiwa bukan hanya gangguan jiwa berat saja. Justru gejala seperti depresi dan cemas kurang dikenali masyarakat sebagai masalah kesehatan jiwa.
Demikian sambutan Menteri Kesehatan Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K) pada Puncak Peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (HKJS) Tahun 2008 di halaman kantor Walikota Bogor, 20-10-2008.. Hadir dalam acara ini para Pejabat di lingkungan Depkes, Depdagri, Depsos, Depdiknas, Depag, Perwakilan WHO Indonesia, dan LSM.

Lebih lanjut dikatakan Menkes, masalah kesehatan jiwa sangat mempengaruhi produktifitas dan kualitas kesehatan perorangan maupun masyarakat yang tidak mungkin ditanggulangi oleh sektor kesehatan saja. Mutu SDM tidak dapat diperbaiki hanya dengan pemberian gizi seimbang namun juga perlu memperhatikan 3 aspek dasar yaitu fisik/jasmani (organo biologis), mental-emosional/jiwa (psikoedukatif), dan sosial-budaya/lingkungan (sosiokultural).
Dalam kesempatan tersebut, Menkes menyampaikan 5 pesan mengenai kesehatan jiwa Indonesia, yaitu :
  1. Kesehatan jiwa adalah bagian integral dari kesehatan; tidak ada kesehatan tanpa kesehatan jiwa.
  2. Status kesehatan jiwa individu sangat menentukan kualitas hidup, karena status kesehatan jiwa yang buruk akan menurunkan indeks pembangunan manusia Indonesia.
  3. Kesehatan jiwa harus terintegrasi ke dalam semua aspek kesehatan, kebijakan publik, perencanaan sistem kesehatan serta pelayanan kesehatan dasar dan rujukan.
  4. Penanggulangan masalah kesehatan jiwa merupakan tanggung jawab pemerintah dan masyrakat, sektor swasta, lembaga swadaya masyarakat serta penderita dan keluarganya.
  5. Setiap warga negara harus memelihara kesehatan jiwa dan raganya agar dapat hidup dan berkontribusi dalam pembangunan bangsa dan negara.
Menurut Menkes, ke-5 pesan ini telah dilaksanakan di beberapa wilayah seperti di Kelurahan Sindang Barang, Kota Bogor, Jakarta Barat, dan 8 Kab/Kota ada di provinsi Nangro Aceh Darussalam. Kepada wilayah-wilayah tersebut, Menkes memberi penghargaan melalui pencanangan desa peduli kesehatan jiwa.
Menkes menyebutkan beberapa kategori wilayah yang peduli kesehatan jiwa, diantaranya yaitu:
  1. Telah melaksanakan musyawarah masyarakat desa yang dihadiri perwakilan aparat desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh wanita dan membuat keputusan menjadikan desanya sebagai desa peduli kesehatan jiwa;
  2. Memiliki kader kesehatan jiwa terlatih sesuai standar kesehatan jiwa masyarakat, jumlahnya tergantung pada jumlah penduduk desa (1 kader kesehatan jiwa untuk 15-20 kepala keluarga);
  3. Melaksanakan kegiatan-kegiatan kesehatan jiwa yang meliputi: deteksi kesehatan jiwa keluarga, penyuluhan kesehatan jiwa, terapi pasien gangguan jiwa, terapi aktivitas kelompok yang dilaksanakan oleh perawat kesehatan jiwa, dan rehabilitasi pasien gangguan jiwa di desa; dan
  4. Memiliki standar administratif berupa struktur organisasi dan catatan kegiatan upaya kesehatan jiwa.
Sementara itu, Dirjen Bina Pelayanan Medik yang juga Ketua Panitia Peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, dr. Farid W. Husein menyampaikan, peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2008 dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap kesehatan jiwa yang ada di masyarakat serta mengurangi stigma terhadap gangguan jiwa.
Pada acara ini, dilakukan serangkaian kegiatan, diantaranya yaitu pertunjukkan tari dan musik Rampak Gendang oleh RS. Marzoeki Mahdi Bogor, drama tentang Kesehatan Jiwa di Masyarakat oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan UI, pemutaran film dokumenter kesehatan jiwa, serta pameran hasil karya, foto dan lukisan

Jumlah Penderita Gangguan Jiwa Alami Peningkatan



Jumlah penderita gangguan jiwa di Surabaya semakin meningkat. Pada 2010 lalu, sebanyak 10 sampai 20 pasien yang mendapatkan perawatan di Instalasi Rawat Inap Jiwa Rumah Sakit Umum (RSU) dr Soetomo tiap bulannya.

Kini, sebanyak 20 sampai 30 pasien yang mendapat perawatan tiap bulannya. "Jumlahnya mengalami peningkatan 80 hingga 90 persen," ungkap Kepala Instalasi Rawat Inap Jiwa RSU dr Soetomo, Didi Aryani Budiyono, Rabu (12/10).

Namun, ia mengaku bangga dengan tingkat kesadaran masyakarat Jawa Timur dalam melakukan pencegahan. Hal tersebut terlihat dengan banyaknya pasien yang datang untuk memeriksakan keluarganya karena menderita gangguan jiwa. "Langkah ini sangat baik karena dapat mengantisipasi parahnya penyakit yang diderita," ujarnya.

Dari jumlah tersebut, kata Didi, kebanyakan pasien menderita skizofrenia atau gangguan jiwa berat. Selain skizofrenia, ada juga pasien yang menderita gangguan jiwa ringan seperti insomnia atau sulit tidur dengan penyebab terlalu banyak beban pikiran.

Menurut Didi, hal tersebut disebabkan karena kondisi ekonomi dan sosial. Semisal keluarga yang tidak mampu menanggung beban kebutuhan yang tinggi. "Faktor inilah yang menjadi penyebab utama tingginya penderita gangguan jiwa," jelasnya.

Didi mengimbau warga yang keluarganya yang diduga menderita gangguan jiwa agar segera dibawa ke rumah sakit. Selain itu, ia juga mengimbau masyarakat agar tidak memasung penderita gangguan jiwa, karena upaya tersebut dapat menambah gangguan bagi penderita. "Seharusnya, keluarga penderita bisa langsung membawa ke Puskesmas atau rumah sakit terdekat," kata Didi.

Soal Keperawatan JiwaStikes Siti Khodijah Smester III Thn 2011/2012



1.     Hubungan theraupeutik adalah hubungan yg terjalin antara....
a.     Klien dgn klien
b.     Perawat dgn keluarga
c.      Perawat dgn klien
d.     Klien dgn keluarga
e.      A,b,c dan d salah
Jawab: c

2.     Dibawah ini yg termasuk elemen komunikasi theraupetik adalah,kecuali...
a.     Kurangnya perencanaan perawat
b.     Empati,bentuk keterampilan komunikasi dan prilaku
c.      Kehadiran-ada dgn klien baik fisik maupun psikologis
d.     Observasi
e.      Mendengar
Jawab; a

cuma contoh aja selebih nya ada 53 soal

asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa



PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang

           Kesehatan Jiwa masyarakat ( community mental health ) telah menjadi bagian masalah kesehatan masyarakat (public health) yang dihadapi semua negara. Salah satu pemicu terjadinya berbagai masalah dalam kesehatan jiwa adalah dampak modernisasi dimana tidak semua orang siap untuk menghadapi cepatnya perubahan dan kemajuan teknologi baru. Gangguan jiwa tidak menyebabkan kematian secara langsung namun akan menyebabkan penderitanya menjadi tidak produktif dan menimbulkan beban bagi keluarga penderita dan lingkungan masyarakat sekitarnya, Dalam UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, pasal (4) disebutkan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal.